LAPORAN KEUANGAN DAN ANALISIS LAPORAN
KEUANGAN
A.
Pengertian
Laporan Keuangan
1. Menurut
Weston, J. Fred, dan Copeland, Thomas E (2002) :
Laporan keuangan atau financial
statement berisi informasi tentang prestasi perusahaan di masa lampau dan
dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan di masa yang akan datang.
2. Menurut
Brigham dan Houston (2001) :
Laporan tahunan (annual
report) atau laporan keuangan adalah laporan yang diterbitkan setiap
tahunan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Laporan ini berisi laporan
keuangan dasar dan opinin manajemen atas operasi perusahaan selama tahun lalu
dan prospek perusahaan di masa depan. Laporan tahunan menyajikan empat laporan keuangan
dasar, yaitu :
a. Neraca
(balance sheet), merupakan potret
posisi dari keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, menunjukkan aktiva
pada sisi sebelah kiri dan kewajiban serta ekuitas atau klaim terhadap aktiva
di sisi sebelah kanan.
b. Laporan
laba rugi (income statement),
melaporkan hasil operasi selama periode tertentu, dan menunjukkan laba per
saham sebagai “bottom line”.
c. Laporan
laba ditahan (statement of retained
earnings), menunjukkan perubahan laba ditahan antara dua tanggal neraca.
Laba ditahan menunjukkan klaim terhadap aktiva, bukannya aktiva per ekuitas
pemegang saham.
d. Laporan
arus kas (cash flow), melaporkan
dampak aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan terhadap arus kas selama
periode akuntansi.
3. Menurut
Lontoh F. O dan Lindrawati (2004) :
Laporan keuangan adalah media komunikasi yang digunakan
untuk menghubungi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Pentingnya laporan keuangan juga diungkapkan Belkoui bahwa laporan keuangan
merupakan sarana mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan oleh manajer atas
sumber daya pemilik.
4. Menurut
Scoot, Christensen dan Demski (2002) :
Laporan
keuangan adalah gambaran umum dari pelaporan (financial reporting) yang berfungsi sebagai alat komunikasi
informasi akuntansi keuangan kepada pihak-pihak eksternal.
5. Menurut
Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis (Munawir, 2004) :
Laporan
keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk
suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi
keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir
tertentu ini sudah menjaadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk
menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak
dibagikan (laba yang ditahan).
B.
Jenis
Dan Bentuk Laporan Keuangan
Menurut
Warsono (2001) ada 2 macam bentuk laporan keuangan utama yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan yaitu Neraca dan Laporan laba rugi.
a. Neraca
Neraca
adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi
pada suatu periode tertentu. Neraca perusahaan ini disusun berdasarkan
persamaan dasar akuntansi, yaitu bahwa kekayaan atau aktiva (asets) sama
dengan kewajiban (liabilities) ditambah modal saham (stock equities).
b. Laporan
laba-rugi
Laporan
laba-rugi adalah laporan keuangan yang mengambarkan hasil-hasil usaha yang
dicapai selama periode tertentu. Laba rugi bersih adalah selisih antara
pendapatan total dengan biaya atau pengeluaran total. Pendapatan mengukur
aliran masuk asset bersih (setelah dikurangi utang) dari penjualan barang atau
jasa.
Menurut
pendapat Halim (1994), laporan keuangan dapat dibagi menjadi 2 jenis antara
lain:
a. Neraca
; Neraca menunjukan aktiva, utang, dan modal sendiri suatu perusahaan pada hari
terakhir periode akuntansi.
b. Laporan
laba-rugi
Laporan
laba-rugi adalah suatu laporan atas kegiatan-kegiatan perusahaan selama waktu
periode akuntansi tertentu. Laporan laba-rugi menunjukan penghasilan dan biaya
operasi, bunga, pajak, dan laba bersih yang diperoleh suatu perusahaan. Laporan
laba-rugi merupakan suatu produk akauntansi yang dirancang untuk menunjukan
kepada pemegang saham dan kreditur, apakah perusahaan dapat menghasilkan
keuntungan.
Menurut
Woelfel (1997) laporan keuangan yang umumnya dikeluarkan oleh perusahaan
terdiri atas:
1.
Neraca (Balance Sheet)
Neraca
adalah suatu laporan yang menggambarkan mengenai jumlah aktiva, hutang, serta
modal suatu perusahaan pada saat tertentu. Neraca sendiri dapat disusun dalam
dua bentuk, yaitu bentuk T (T Form) dan bentuk L (L Form). Di
dalam bentuk T form semua harta perusahaan ditempatkan pada sisi bagian
kiri neraca dengan judul aktiva (assets), sedangkan hutang dan modal
ditempatkan pada sisi kanan neraca dengan judul pasiva (Liabilities and
Stockholders’ Equity). Dalam bentuk L form, semua harta perusahaan
ditempatkan pada bagian atas neraca, sedangkan hutang dan modal ditempatkan
pada bagian bawah neraca.
2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Menurut
Wild, Subramanyam, dan Halsey (2007), Laporan laba rugi adalah suatu laporan
yang mengukur kinerja keuangan sebuah perusahaan di antara tanggal neraca.
Laporan ini merepresentasikan kegiatan operasional perusahaan. Laporan laba
rugi menyediakan informasi secara menyeluruh mengenai pendapatan, biaya, laba
dan rugi perusahaan dalam suatu kurun waktu tertentu. Menurut Baridwan (2000)
laporan laba rugi dalam penyajiannya dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
a.
Single
step model
Adalah
bentuk laporan laba rugi yang tidak dilakukan pengelompokan atas pendapatan dan
biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha tetapi hanya
dipisahkan antara pendapatan-pendapatan dan laba dengan biaya-biaya kerugian.
b.
Multistep
model
Adalah
bentuk laporan laba rugi dimana dilakukan beberapa pengelompokan terhadap
pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam urutan tertentu.
3. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
Laporan
arus kas seringkali juga disebut sebagai laporan sumber dan penggunaan dana.
Warren, et.al (1996) menyatakan bahwa laporan arus kas adalah suatu ringkasan
mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari suatu perusahaan dalam jangka waktu
tertentu. Dalam penyajiannya, menurut Hackel dan Livnat (1996), Laporan arus
kas dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
a.
Aktivitas operasional
(Operating)
Adalah
kelompok yang meliputi seluruh transaksi dan kegiatan lainnya yang tidak
termasuk di dalam kegiatan investasi maupun pembiayaan perusahaan. Secara lebih
jelas, arus kas yang berasal dari kegiatan operasional meliputi arus kas dari
kegiatan produksi, distribusi barang dan penyediaan jasa. Arus kas dari
kegiatan operasi adalah arus kas hasil dari transaksi dan kegiatan lainnya yang
ikut menentukan laba bersih.
b. Aktivitas
Investasi (Investing)
Adalah
kelompok yang meliputi pembelian dan penagihan piutang, pengembalian persediaan
barang dagang, pembayaran pinjaman, pengadaan serta penjualan ekuitas dan harta
kekayaan perusahaan (tanah), bangunan, dan peralatan serta aktiva-aktiva
produktif lainnya, yaitu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan
produksi barang dan jasa.
c.
Aktivitas pendanaan
atau pembiayaan (Financing)
Adalah
kelompok yang meliputi perolehan sumber daya dari para pemilik dan pemberian
hasil atas investasi yang telah dilakukan, peminjaman, serta pembayaran kembali
hutang oleh pemiliknya atau sebaliknya penyelesaian kewajiban perusahaan kepada
pemilik, dan perolehan serta pembayaran sumber daya lainnya yang berasal dari
pembiayaan jangka panjang.
C.
Pengertian
Analisis Rasio Keuangan
1. Menurut
Kuswandi (2004), analisis rasio keuangan adalah cara analisa dengan menggunakan
perhitungan-perhitungan perbandingan atas dua kuantitatif yang ditunjukkan
dalam neraca maupun laporan laba rugi.
2. Menurut
Harahap S (2006), analisis rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dan pos lainnya yang
memiliki hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).
3. Menurut
Weston dan Copeland (2001), rasio keuangan dirancang untuk membantu
mengevaluasi laporan keuangan. Analisis rasio keuangan digunakan untuk
membandingkan utang perusahaan terhadap aktiva dan membandingkan bunga yang
harus dibayar terhadap laba yang tersedia untuk membayar bunga.
4. Menurut
Adnan, Muhamad A dan Tauviq, Muhammad I (2001), analisis rasio keuangan
merupakan suatu alternatif untuk menguji apakah informasi yang dihasilkan oleh
akuntansi keuangan bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi
terhadap harga saham di pasar modal.
D.
Macam
Analisis Rasio Keuangan
Macam rasio berdasarkan
sumbernya :
-
Rasio-rasio
neraca (balance sheet ratios) / financial ratios
-
Rasio-rasio
laporan rugi dan laba (income statement ratios) / Operating ratios
-
Rasio-rasio
antar laporan (interstatement rations) / Financial operating ratios
Pada dasarnya angka-angka
rasio dapat dikelompokkan menjadi dua golongan :
1.
Rasio yang didasarkan pada sumber data keuangan
2.
Rasio disusun berdasarkan tujuan penganalisa
dalam mengevaluasi perusahaan
Pengelompokkan
Rasio
1.
Rasio likuiditas ; Rasio untuk mengukur
likuiditas perusahaan
2.
Ratio leverage ; Rasio untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang
3.
Rasio-rasio aktivitas ; Rasio untuk mengukur
seberapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya
4.
Rasio-rasio profitabilitas ; Rasio yang
menunjukan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan – keputusan.
diakses pada tanggal 14 September,
pukul 12.16 WIB)
Dilihat dari
sumbernya, rasio keuangan dibagi menjadi 3:
1.
Rasio-Rasio Neraca, adalah rasio-rasio yg
disusun dari data yg berasal dari neraca misalnya; current ratio, acid test-ratio, current assets to total assets ratio,
current lialibilities to total assets ratio dan lain sebagainya.
2.
Rasio Statemen Rugi-Laba, rasio-rasio yang
disusun berdasarkan income statements,
misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio, dan
lain-lain.
3.
Rasio-Rasio Antar Statemen Keuangan, adalah
rasio keuangan yang disusun berdasarkan Neraca dan data lainnya yg berasal dari
income statement, misalnya assets turnover, inventory turnover,
receivables turnover dan sebagainya.
diakses pada
tanggal 14 September, pukul 12.16 WIB)
1.
Rasio Likuiditas
Sutrisno (2009)
menyatakan bahwa ada tiga rasio yang sering digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas, antara lain sebagai berikut:
a.
Current Ratio, adalah rasio yang
membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang
jangka pendek. Rumusnya : Aktiva Lancar x 100%
Hutang Lancar
b.
Quick Ratio atau Acid Test Ratio, adalah
rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rumusnya
: Aktiva Lancar – Persediaan x 100%
Hutang
Lancar
c. Cash Ratio, adalah
rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi
uang kas dengan hutang lancar. Rumusnya : Kas +
Efek x 100%
Hutang Lancar
2.
Rasio Solvabilitas
Menurut Riyanto
(2004) pengertian dari rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansiilnya apabila
sekiranya perusahaan tersebut akan dilikuidasikan. Rasio solvabilitas terdiri
dari:
a. Total Debt to Total
Assets Ratio ; Rasio hutang dengan
total aktiva yang biasa disebut rasio hutang (debt ratio), mengukur
prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Rumusnya
: Total Hutang x 100%
Total Aktiva
b.
Debt to
Equity Ratio ; Rasio hutang dengan
modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan antara hutang
yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Rumusnya
: Total Hutang x 100%
Modal
3.
Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas
yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Semakin besar tingkat keuntungan yang dihasilkan menunjukkan
semakin baik pihak manajemen dalam mengelola perusahaan. Rasio rentabilitas
dapat diukur dengan beberapa indikator diantaranya:
a.
Net
Profit Margin ; Merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang
dicapai. Rumusnya : EAT x
100%
Penjualan
b.
Return
on Asset ; Sering disebut sebagai
rentabilitas ekonomis yaitu merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rumusnya
: EBIT x
100%
Total Aktiva
c.
Return
on Equity ; Sering disebut dengan
rentabilitas modal sendiri yaitu merupakan kemampuan perushaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. Rumusnya
: EAT x
100%
Modal
Sendiri
Weston dan copeland (1995) membagi
rasio menjadi tiga kelompok besar yang ketiganya saling berhubungan dan harus
dikaitkan satu dengan yang lainnya untuk membentuk suatu artian tersendiri,
yaitu :
1.
Ukuran Kinerja (Performance Measures)
Ukuran kinerja mencerminkan
keputusan strategis, operasi, dan pembiayaan. Strategi ini meliputi
bidang-bidang keputusan yang penting bagi perusahaan seperti pemilihan daerah
pemasaran produk tempat perusahaan menjalankan kegiatan operasinya. Apakah akan
menfokuskan diri pada area produk terpilih atau akan mencoba sekelompok besar
pembeli potensial, dan sebagainya. Ukuran kinerja dianalisis menjadi tiga
kelompok besar, yaitu :
a. Rasio profitabilitas
: mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan
dari penjualan investasi, terdiri dari :
-
Laba
bersih terhadap penjualan (net profit
margin / return on sales) : menunjukkan return
yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Jika profit margin perusahaan
lebih rendah dari rata-rata rasio industri sejenis, hal ini dapat disebabkan
oleh harga jual perusahaan pesaing atau harga pokok penjualan yang lebih tinggi
daripada pesaing, atau kedua-duanya sekaligus.
Margin laba bersih =
-
Laba
bersih terhadap total aktiva (return of
investment / ROI) : sistem keuangan
yang berarti sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang
bersifat menyeluruh (kemprehensif). Analisis ROI merupakan salah satu bentuk
dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan
dalam kegiatan operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan
demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari hasil kegiatan
perusahaan (net income) dengan jumlah
investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan atau laba
tersebut (total assets).
Laba bersih terhadap
total aktiva =
-
Laba bersih
terhadap total modal/ rentabilitas modal sendiri (return on net worth / ROE)
Laba
Bersih Terhadap Total Modal =
-
Tingkat profitabilitas marginal : dianalisis dengan membandingkan rasio profitabilitas
rata-rata yang telah dihitung sebelumnya. Bila profitabilitas marginal lebih
rendah daripada profitabilitas rata-rata, investasi baru memperoleh tingkat
pengembalian yang lebih rendah atau rasio rata-rata mencerminkan nilai
denominator yang terlalu rendah.
Tingkat profitabilitas marginal =
b. Rasio
Pertumbuhan (Growth Ratio)
Mengukur kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonomis dalam pertumbuhan dan industri
atau pasar produk dimana perusahaan beroperasi. Dalam mengadakan analisis
perbandingan ini perlu dibedakan antara growth sebagai akibat dari inflasi dan
growth yang secara riil terjadi di dalam perusahaan yang bersangkutan. Dalam
menghitung growth rate dari suatu perusahaan perlu dihitung tingkat pertumbuhan
penjualan, laba operasi atau laba usaha, laba bersih sesudah pajak, earning per
saham biasa, deviden per saham, harga pasar, dan nilai buku dari saham biasa.
c. Rasio
Penilaian (Valuation Ratio)
Merupakan tolak ukur
yang mengaitkan hubungan antara harga pasar saham biasa dengan pendapatan
perusahaan dengan nilai buku saham tersebut. Rasio ini memberikan petunjuk
kepada manajemen bagaimana para investor menilai kinerja perusahaan dan prospek
yang diperkirakan di masa yang akan datang. Rasio penilaian adalah ukuran
kinerja yang paling menyeluruh untuk perusahaan karena rasio ini mencerminkan
pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan resiko.
-
Rasio harga atau laba (price
to earning ratio) : semakin
tinggi rasio ini, maka akan memberikan indikasi bahwa kinerja perusahaan
semakin baik. Namun dalam menganalisa, perlu dikaitkan dengan pertumbuhan dari
laba saham biasa agar tidak memperoleh kesimpulan yang menyesatkan.
Price
to earning ratio =
-
Rasio harga pasar terhadap nilai buku (market to book ratio) : mengukur
nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan
sebagai perusahaan yang terus tumbuh. Market
to book ratio perusahaan paling sedikit satu (1) yang berarti nilai pasar
daripada perusahaan harus sama atau lebih besar daripada nilai buku perusahaan.
2.
Ukuran
Efisiensi Operasi
Menganalisis
bagaimana kinerja perusahaan yang bersangkutan tetapi juga menganalisis sumber
dari kinerja tersebut untuk mempertahankan pemeriksaan terhadap faktor yang
untuk ikut berperan menuju keberhasilan. Analisis sumber kinerja dilakukan
dengan menganalisis ukuran efisiensi operasi yang mencakup dua perangkap rasio
:
a. Manajemen
aktiva dan investasi ;
mengukur keputusan investasi perusahaan dari manfaat sumber dayanya, disebut
juga dengan rasio perputaran atau rasio aktivitas. Tujuannya untuk mengukur
efektivitas perusahaan memanfaatkan investasi dan sumber daya ekonomisnya.
Investasi untuk menghasilkan penjualan menguntungkan, sehingga memerlukan
pelaksanaan investasi yang sehat. Rasio yang mengukur manajemen aktiva dan
investasi adalah:
-
Rasio perputaran persediaan (inventory
turnover) : waktu rata-rata
perputaran persediaan perusahaan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan
perusahaan, semakin cepat dana yang tertanam dalam persediaan berputar kembali
menjadi uang kas, maka akan semakin baik. Sehingga dapat dihitung berapa hari
rata-rata persediaan yang diadakan perusahaan.
Rata-rata persediaan =
-
Rata-rata
waktu pencairan piutang dagang (average
collection periode) :
Rata-rata
waktu pencairan piutang dagang =
Menunjukkan berapa lama rata-rata penagihan piutang
dagang perusahaan.
Sedangkan untuk mencari perputaran dari piutang
dagang rumusnya adalah :
Perputaran piutang dagang =
Dalam menganalisis rata-rata
waktu pencairan piutang dagang harus membandingkannya dengan jangka waktu
kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan. Jika ternyata rata-rata
waktu pencairan piutang dagang lebih lama dari jangka waktu kredit yang
diberikan, maka indikasi awal resiko gagal bayar, sehingga nilai bad dept expense dan allowances for doubtful account harus ditingkatkan karena banyak
pelanggan yang terlambat membayar hutang.
-
Perputaran
aktiva tetap (fixed assets turnover)
; menggambarkan tingkat pendayagunaan dari dana yang tertanam di dalam aktiva
tetap perusahaan, sangat penting karena investasi dalam pabrik, perlatan
jumlahnya besar, dan berjangka waktu lama.
Perputaran aktiva tetap =
-
Perputaran
total aktiva (total assets turnover)
; mencerminkan efisiensi manajemen investasi dalam setiap pos-pos aktiva. Turnover yang tinggi menunjukkan
manajemen yang efektif dalam mengelola harta perusahaan. Tiap rupiah nilai
harta perusahaan membantu memaksimalisasi jumlah produksi dan penjualan produk.
Perputaran total aktiva rendah menunjukkan adanya investasi dalam benda modal
perusahaan yang tidak dimanfaatkan secara penuh atau adanya dana yang
menganggur. Turnover tinggi
disebabkan aktiva perusahaan yang sudah berumur tua dan habis masa ekonomisnya
(telah habis disusutkan) sehingga perputaran tinggi disebabkan oleh keadaan
perusahaan. Rasio perputaran aktiva saja tidak dapat memberikan gambaran pasti
tentang efektifitas kegiatan perusahaan dan harus dihubungkan dengan profit
margin untuk menghasilkan informasi yang berarti.
Perputaran total aktiva =
b. Manajemen
biaya
Mengukur bagaimana masing-masing
elemen biaya dapat dikendalikan. Dua hal penting untuk mencapai tujuan operasi
yang efisien adalah mengelola investasi dengan baik dan mengendalikan biaya
dengan efektif. Dalam menganalisis manajemen biaya relatif sulit karena
perusahaan tidak menyediakan banyak rincian biaya dalam laporan tahunan.
Rincian biaya dianggap informasi kompetitif yang penting di antara perusahaan.
Rasio untuk mengukur efisiensi manajemen biaya adalah :
-
Margin laba kotor (gross
profit margin) ; ukuran
ini mempengaruhi kebijakan perusahaan yang lebih rinci.
Margin laba kotor =
-
Beban pemasaran dan administrasi terhadap penjualan (selling general and administration expanses
to sales ratio) ; rasio
yang mengukur setelah berbagai biaya yang berlainan digabungkan kemudian
dibandingkan dengan penjualan.
3.
Ukuran
Kebijakan Keuangan (Financial Policy
Measures)
a. Rasio Leverage
-
Rasio Hutang (Debt Ratio)
; menunjukkan besarnya
modal dari luar perusahaan dibandingkan dengan seluruh modal yang tertanam di
dalam perusahaan. Semakin tinggi debt
ratio, maka aktiva perusahaan lebih banyak dibelanjai hutang. Para kreditur
menginginkan debt ratio yang rendah,
karena semakin tinggi rasio, semakin besar resiko para kreditur. Dengan debt ratio yang tinggi sulit bagi
perusahaan untuk menarik modal pinjaman baru kecuali jika perusahaan
menambahkan modal sendiri terlebih dahulu.
Debt ratio =
-
Financial leverage ratio ; salah
satu rasio yang berkaitan dengan masalah trading on equity yang dapat
memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap rentabilitas modal sendiri
dari perusahaan. Dalam menghitung financial leverage digunakan total tangible
net worth, yaitu modal sendiri setelah dikurangi dengan intangible assets
misalnya goodwill, hak paten, biaya pra operasi dan biasanya dikurangi dengan
biaya yang dilakukan kapitalisasi, misalnya kerugian transaksi valuta asing
akibat terjadinya devaluasi, dan sebagainya.
Financial leverage =
-
Times
Interest Earned Ratio (TIER) / Coverage Ratio ; alat untuk mengukur seberapa jauh laba dari usaha perusahaan (laba
sebelum bunga dan pajak / EBIT) dapat turun sebelum menimbulkan kesulitan bagi
perusahaan untuk membayar kewajiban bunga pinjaman.
Times Interest Earned Ratio =
-
Fixed
Charge Coverage ; lebih
luas dari TIER, karena selain bunga pinjaman dapat dilihat sampai seberapa jauh
laba usaha perusahaan sebelum dikurangi bunga pinjaman dan pembayaran sewa
(leasing), dapat diandalkan untuk melakukan pembayaran beban tetap tersebut.
Fixed
Charge Coverage =
b.
Rasio Likuiditas (Liquidity
Ratio) ; mengukur kemampuan
perusahaan di dalam memenuhi yang akan segera jatuh tempo. Rasio yang digunakan
:
-
Rasio Lancar (Current
Ratio) ; menggambarkan tingkat
solvabilitas jangka pendek daripada perusahaan karena rasio ini menggambarkan
sampai seberapa banyak kewajiban perusahaan kepada para kreditur jangka pendek
diharapkan dapat dipenuhi dengan aktiva lancar perusahaan yang akan berubah
menjadi uang kas pada saat kewajiban tersebut dilunasi.
Current ratio =
-
Cash
ratio ; menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan mengendalikan
dari uang kas atau bank dengan mengikutsertakan saham biasa atau efek.
Cash ratio =
-
Rasio cair (quick / acid
test ratio) ; menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya hanya dengan
mengendalikan dari uang kas atau bank dan likuidasi piutang dagang tanpa
mengikuti persediaan perusahaan.
Quick ratio =
E.
Cara Perhitungan Analisis
Rasio Keuangan
Neraca
PT ABC
PER 31
DESEMBER 2001
( dalam ribuan rupiah )
Aktiva Lancar
|
|
Hutang lancar
|
|
Kas
|
200.000
|
Hutang dagang
|
300.000
|
Efek
|
200.000
|
Hutang wesel
|
100.000
|
Piutang
|
160.000
|
Hutang Pajak
|
160.000
|
Persediaan
|
840.000
|
|
|
Jumlah A.L.
|
1.400.000
|
Jumlah H.L.
|
560.000
|
|
|
|
|
Aktiva Tetap
|
|
Hutang jk. Panjang
|
|
Mesin
|
700.000
|
Obligasi
|
600.000
|
Akum. Penyusutan
|
100.000
|
|
|
|
600.000
|
Modal sendiri
|
|
Bangunan
|
1.000.000
|
Modal saham
|
1.200.000
|
Akum. Penyusutan
|
200.000
|
Agio saham
|
200.000
|
|
800.000
|
|
1.400.000
|
Tanah
|
100.000
|
Laba ditahan
|
440.000
|
Intangibles
|
100.000
|
|
|
Jumlah A.T.
|
1.600.000
|
Juml. Modal sendiri
|
1.840.000
|
|
|
|
|
Jumlah Aktiva
|
3.000.000
|
Jumlah pasiva
|
3.000.000
|
|
|
|
|
RASIO KEUANGAN
|
METODE PERHITUNGAN
|
INTERPRETASI
|
I. RASIO LIKUIDITAS
A. Current Ratio
|
Aktiva Lancar
--------------------
Hutang Lancar
1.400.000
------------- = 2,5 : 1 = 250%
560.000
|
Kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus
dipenuhi dengan aktiva lancar. Setiap hutang Lancar Rp 1,00 dijamin oleh oleh
aktiva lancar Rp 2,50
|
B.
Cash Ratio
|
Kas + Efek = 400.000
=
HL 560.000
=
0,71 atau 71%
|
Kemampuan membayar utang dengan segara yang harus
dipenuhi dengan kas yang tersedia
dalam perusahaan dan efek yang segera dapat diuangkan.
Setiap hutang Lancar Rp1,00 dijamin oleh kas dan efek Rp 0,71
|
C.
Quick ratio (Acid Test
ratio)
|
Kas +Efek + Hutang
Hutang Lancar
200.000 + 20.000 + 160.000
560.000
= 1 : 1
atau 100%
|
Kemampuan untuk membayar utang yang harus segera dipenuhi. Dengan aktiva
lancar yang lebih likuid. Setiap utang lancar Rp 1,00 dijamin dengan quick assets 1,00
|
D.
Working Capital to
Total Assets Ratio
|
Aktiva Lancar – Ht Lancar
-------------------------------------
Jumlah Aktiva
1.400.000 – 560.000
------------------------------
3.000.000
= 0, 28
: 1 atau 28 %
|
Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Setiap Rp 1, 00
assets perusahaan Rp 0,28 terdiri dari
modal kerja (aktiva lancar).
|
II. RATIO LEVERAGE
A.
Total Debt to Equity Ratio
|
Ht Lancar + Ht Jk Panjang
Jml Modal Sendiri
560.000
+ 600.000
1840.000
=
0,63 : 1 atau 63 %
|
Bagian setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk keseluruhan hutang. 63% dari setiap rupiah modal sendiri
menjadi jaminan utang.
|
B. Total debt to
total
capital Assets
|
Utg
Lancar + Utg Jk Panjang
Jumlah Modal/Aktiva
560.000
+ 600.000
3.000.000
=
0,39 : 1 atau 39%
|
Beberapa bagiam dari keseluruhan dana yang dibelanjai dengan utang. Atau berapa bagian
dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. 39 % dari setiap aktiva
digunakan untuk menjamin utang.
|
C.
Long Term Debt To
Equity
ratio
|
Hutang
Jangka Panjang
Modal Sendiri
600.000
--------------- =
0,33 : 1 = 33%
1.840.000
|
Bagian setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk hutang jangka panjang.
33 % dari setiap rupiah modal sendiri Digunakan
untuk menjamin hutang jangka panjang.
|
D.
Tangible Assets Debt
Coverage
|
Jml
Aktiva - Intangibles HL
Hutang Jangka Panjang
3.000.000
– 100.000 – 560.000
600.0000
= 3,9 :1 atau 390%
|
Besarnya aktiva tetap tangible yang digunakan untuk
menjamin hutang jangka panjang setiap rupiahnya. Setiap rupiah Hutang Jangka Panjang
dijamin oleh aktiva tangible sebesar
Rp. 390
|
E.
Times Interest Earned
Ratio
|
430.000
= 14,3 X
30.000
|
Besarnya jaminan keuntungan yang digunakan untuk
membayar bunga Hutang Jangka Panjang.
|
III. RASIO AKTIVITAS
A.
Total Assets Turn Over
|
Penjualan Neto 400.000
--------------------- = ------------
Jumlah Aktiva 300.000
=
1,33
|
Kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan
aktiva berputar dalam satu periode tertentu, Atau kemampuan dana yang
diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Dana yang tertanam dalam keseluruhan
aktiva rata-rata dalam 1 tahun
berputar 1,33X. Atau setiap 1 Rupiah setiap tahun dapat menghasilkan Rp1,33
|
B.
Receivable Turn Over
|
Penjualan Kredit
------------------------
Piutang Rata-rata
4.000.000
--------------- = 25 X
160.000
|
Kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar
dalam suatu periode tertentu.Dalam satu tahun rata-rata dana yang tertanam
dalam piutang berputar selama 25X
|
C.
Average Collection Period
|
Penjualan Kredit
160.000 X 360
------------------ = 14,4 hari
4.000.000
|
Periode rata-rata yang dibutuhkan dalam pengumpulan
piutang
Piutang
rata-rata dikumpulkan setiap 15 hari sekali.
|
D.
Inventory Turn Over
|
Harga Pokok Penjualan
---------------------------------
Inventory Rata-Rata
3000.000
------------- = 3,6 X
840.000
|
Kemampuan dana yang tertanam dalam inventory
berputar dalam satu periode tertentu.
Dana yang tertanam dalam inventory berputar rata-rata 3,6 X dalam satu tahun.
|
E.
Average Day’s Inventory
|
Inventory rata-rata X 360
---------------------------------
Harga Pokok Penjualan
840.000 X 360
------------------- = 10 hari
3.000.000
|
Periode rata-rata persediaan berada di gudang .
Inventory berada di gudang rata-rata selama 10 hari.
|
F.
Working Capital Turn over
|
Penjualan Netto
----------------------------------
Aktiva lancar – Ht Lancar
4.000.000
--------------------------
1.400.000 – 560.000
= 4,76 X atau 4,8 X
|
Kemampuan modal keja perusahaan berputar dalam satu
periode siklus kas perusahaan
Dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 4,8 X dalam satu tahun.
|
III. RASIO
KEUNTUNGAN
A.
Gross
Profit Margin
|
Penjualan Neto – Harga
Pokok Penjualan
----------------------------------
Penjualan
Neto
4.000.000 – 3.000.000
------------------------- X 100 %
4.000.000
= 25%
|
Laba Bruto per rupiah penjualan. Setiap Penjualan
menghasilkan laba bruto Rp 0,25.
|
B.
Operating Income
Ratio (Operating
Profit
Margin)
|
Penjualan Neto – Hg. pokok
Penjualan – Biaya ADM dan
Umum
---------------------------------------
Penjualan Netto
4.000.000 – 3.000.000 –570.000
---------------------------------------
4.000.000
= 10, 75%
|
Laba sebelum Bunga dan Pajak (net
operating income) oleh setiap rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan
menghasilkan laba operasi Rp 0,11.
|
C.
Operating Ratio
|
Hrg
Pokok Penjualan + Biaya ADM + Biaya Penj + Biaya Umum
---------------------------------------
Penjualan Neto
3.000.000 + 570.000
-------------------------
= 89,25 %
4.000.000
|
Biaya
operasi per rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan memerlukan biaya Rp
0,89. Makin besar rasio makin buruk
|
D. Net
Profit Margin
|
Keuntungan
Neto sesudah Pajak
--------------------------------------
Penjualan Neto
240.000
--------------
= 6 %
4.000.000
|
Keuntungan neto per rupiah penjualan. Setiap rupiah
penjualan menghasilkan keuntungan neto sebesar Rp 0,06.
|
E.
Earning Power of
Total Investmen
rate of return
of
total assets)
|
EBIT
--------------------------
JML AKTIVA
430.000
------------------ = 14,3 %
3.000.000
|
Kemampuan modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan. Aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor. Setiap satu rupiah modal yang diinvestasikan menghasilkan
keuntungan Rp 0,14 untuk semua
investor.
|
F.
Net Earning Power ratio /
Return On Investment (ROI)
|
Earning After Tax
-----------------------------
Jumlah Aktiva
240.000
--------------- = 8%
3.000.000
|
Kemampuan modal yang diinvestasikan. Keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.
|
G.
Rate
of Return for the Owners (Rate of
Return
on Net Worth)
|
Earning After Tax
----------------------------
JML Modal Sendiri
240.000
------------- = 13 %
1.840. 000
|
Kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan
keuntungan bagi pemegang saham preferen dan biasa.
Setiap rupiah modal sendiri menghasilkan keuntungan
neto Rp 0,13 yg tersedia bagi pemegang saham preferen dan biasa.
|
Pendekatan lain dalam analisis
laporan keuangan
1.
Langkah pertama : Pengelompokkan Pengukuran
dalam 3 aspek
-
Ukuran kinerja
-
Ukuran Efisiensi Operasi
-
Ukuran Kebijakan Keuangan
A.
Ukuran kinerja dianalisis dalam tiga kelompok:
-
ratio profitabilitas
-
ratio pertumbuhan
-
ratio Penilaian
RATIO PROFITABILITAS
|
1.
Kinerja
laba operasi Laba Operasi Bersih (NOI)
/ Penjualan
|
Laba
Operasi Bersih
----------------------------
Penjualan
$
700,8
= ---------------- = 15,2 %
$
4.620,0
|
Kemampuan penjualan untuk
menghasilkan laba bersih. Setiap satu dollar
penjualan mampu menghasilkan
laba operasi bersih $ 0.13
|
2.
Hasil
pengembalian atas total aktiva (ROI). Laba operasi terhadap total aktiva.
|
Laba Operasi Bersih
----------------------------
Aktiva
$ 700,8
= ---------------- = 20%
$ 3.390,4
|
Kemampuan penggunaan aktiva untuk menghasilkan laba operasi bersih.
Setiap satu dollar aktiva mampu
menghasilkan laba operasi bersih $ 0.20
|
3.
Laba
Operasi Bersih
terhadap Total Modal
|
Laba Operasi
Bersih
----------------------------
Total Modal
(Total Modal /
Hutang berbeban bunga atas total modal bunga + ekuitas pemegang saham)
$
700,8
= ---------------- = 28,2%
$
2.484,0
|
Kemampuan penggunaan modal untuk menghasilkan laba operasi bersih.
Setiap satu dollar modal mampu
menghasilkan laba operasi bersih $ 0.28
|
4.
Laba
bersih terhadap penjualan / Margin laba atas penjualan
|
Laba
Bersih
-------------------------
Penjualan
$
470,2
= ---------------- = 10,2%
$
4.620,0
|
Kemampuan
penjualan dalam menghasilkan laba bersih.
Setiap satu dollar penjualan
mampu menghasilkan laba bersih
$ 0.28
|
5.
Hasil
pengembalian atas equitas / Return on Equity hasil pengembalian atas equitas
|
Laba
Bersih
----------------------------
Equitas
pemegang saham
$
470,2
= ---------------- = 28,8 %
$
1.634,4
|
Mengukur
pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan.
Setiap satu
dollar Equitas mampu menghasilkan laba bersih
$ 0,288
|
6.
Tingkat
profitabilitas
marginal
|
Perubahan
NOI
----------------------------
Perubahan
total modal
$
237,6
= ---------------- = 18,4 %
$
1292,1
|
Mengukur
perubahan margin profitabilitas dari beberapa periode.
Margin
profitabilitas dari periode (lima tahun terakhir) 18,4%
|
7.
Hasil
pengembalian
Marginal atas
Equitas / Marginal return to equity)
|
Perubahan
NI
----------------------------
Perubahan
equitas
$
219,7
= ---------------- = 15,3 %
$
1147,2
|
Marginal return to equity
15,3%
|
RASIO PERTUMBUHAN
|
Pertumbuhan
penjualan, Laba Operasi bersih, Laba bersih, Laba per saham da dividen per
saham
|
RATIO PENILAIAN
|
1.
Rasio
harga/laba
Harga pasar per saham terhadap laba per
saham (price /earning ratio atau P/E ratio
|
Harga
pasar per saham
----------------------------
Laba
per saham
$
69.69
= ---------------- = 15,9 %
$
3,85
|
Semakin tinggi risiko tinggi
faktor diskonto dan semakin rendah rasio P/E, semakin tinggi P/E, maka
semakin bagus sebuah perusahaan.
|
2.
Rasio
Harga Pasar terhadap nilai Buku (market
–to – book – value)
|
Harga
pasar per saham
----------------------------
Nilai
buku ekuitas
$
69.69
= ---------------- = 5,2 %
$
13,41
|
Mengukur nilai yang diberikan
pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah
perusahaan yang terus tumbuh.
|
B. Ukuran Efisiensi Operasi
Mengukur
rasio aktivitas atau rasio perputaran adalah mengukur seberapa efektif
perusahaan memanfaatkan investasi dan sumber daya ekonomis yang dimilikinya.
Perputaran Persediaan
|
Harga
Pokok Penjualan
----------------------------
Persediaan
$ 700,8
= ---------------- = 15,2 %
$ 4.620,0
|
Sama dengan di atas (aspek yang
lain)
|
C. Ukuran Kebijakan Keuangan
Mengukur sampai seberapa jauh total
aktiva dibiayai oleh pemilik, jika dibandingkan dengan pembiayaan yang
disediakan oleh para kreditur.
A. Faktor leverage
|
Total Aktiva
----------------------------
Ekuitas
$ 3.390
=
---------------- = 2,07
$ 1.6334,4
|
Menegukur sampai seberapa jauh
investasi ekuitas pemegang saham diperbesar oleh penggunaan penggunaan hutang
dalam membiaya total aktiva.
|
Diakses pada tanggal 18 September
2014, pukul 23.26 WIB)
F.
Penggunaan Dan Keterbatasan
Analisis Rasio
Menurut Prihadi (2008),
mengemukakan beberapa hal penggunaan rasio keuangan dengan variasinya:
1. Setiap peneliti
berhak menentukan rasio yang digunakan.
2. Tidak ada regulasi
tentang penggunaan rasio tertentu.
3. Setiap rasio
mempunyai keterbatasan arti di samping kelebihannya.
Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan aspek rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan
profitabilitas.
Keterbatasan
analisa rasio keuangan menurut Sawir (2005) adalah :
1.
kesulitan dalam mengidentifikasi jenis industri
dari perusahaan yang dianalisa apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa
bisang usaha,
2.
rasio disusun dari data akuntansi dan data
tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa
merupakan hasil manipulasi,
3.
perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan
perhitungan yang berbeda,
4.
informasi rata-rata industri adalah data umum
dan hanya merupakan perkiraan.
Contoh Perhitungan Laba-Rugi yang di dapatkan di sekolah.
Seci
Harpian School
Laporan
Laba-Rugi Januari- Desember
Pendapatan
1. SPP (1000X500.000X12) Rp.6.000.000.000
2. Osis (1000x200.000x12) Rp. 200.000.000
----------------------
+
Rp.6.200.000.000
Biaya-Biaya
1.Gaji
guru + pegawai (145.000.000x12) Rp.1.740.000.000
2.Kurikulum
( 30.000.000x 2) Rp. 60.000.000
3.Pembelajaran (
6.000.000x10) Rp. 60.000.000
4.Osis
+ Exel (
5.000.000x12) Rp. 60.000.000
5.ATK (
1.000.000X12) Rp. 12.000.000
6.Penyusutan
Bangunan Rp. 317.500.000
7.Penyusutan Rp. 330.000.000
8.Biaya
Promosi Rp. 50.000.000
9.TAL (10.000.000X12) Rp.
120.000.000
10.BLL ( 5.000.000X12) Rp. 60.000.000
---------------------- +
TB 2.824.500.000 -
---------------------
EBIT 3.375.500.000
-Bunga
12% x 3.000.000.000 360.000.000
-------------------
-
EBT 3.015.000.000
Tax/pph
5%
X 50.000.000 Rp.
2.500.000
15%
X 200.000.000 Rp.30.000.000
25%
X 250.000.000 Rp.
62.500.000
35%
X2.515.000.000 Rp.880.425.000
---------------------
+
Tax Rp. 975.425.000
EAT Rp.2.039.575.000
Laporan
Perusahaan Modal Tahun 2012
Modal
1 Januari Rp.16.450.000.000
Pembagian
laba/SHU Rp. 750.000.000
Laba
tahun 2012 Rp. 2.039.575.000
Modal
31 des Rp.18.239.575.000
Neraca
per 31/1/2013
Aktiva
Lancar
-Kas Rp. 42.750.000 Utang
Lancar 5.500.000
-Bank Rp.155.500.000 Utang JP 3.000.000.000 +
-Pertag Rp. 75.000.000 Total
Utang 3.005.500.000
-Piutang
spp Rp.125.000.000 Modal 18.239.575.000 +
-------------------
+ Total Utang + Modal 21.245.075.000
Total
aktiva lancar Rp. 523.000.000
Aktiva
tetap
-Gedung Rp.9.535.000.000
-Penyusutan
gedung Rp. 317.500.000
---------------------
-
Rp.9.207.500.000
Peralatan Rp. 5.000.000.000
Penyusutan
Peralatan Rp. 330.000.000
---------------------
-
Rp.4.670.000.000
AFF
W Rp.2.844.325.000
+
Total
Aktiva Rp.21.245.075.000
ANALISIS RASIO KEUANGAN
Rasio
Likuiditas
Rasio Lancar = Aktiva Lancar = 4.523.250.000
Utang
Lancar 5.500.000
= 822,4 x 100% = 822%
Kesimpulan
: setiap Rp. 882 yang dimiliki oleh
sekolah, digunakan untuk membayar Rp. 1 utang yang dimiliki oleh sekolah
Rasio
Profitabilitas
Dividen kas = 750.000.000 = 4,62
%
Laba Bersih 16.000.000.000
Kesimpulan : Dalam
1 tahun, sekolah mendapat laba 4,62 %
Rasio Solvabilitas
Total Utang = 3.005.500.000 = 14,15
%
Total Harta 21.245.075.000
Kesimpulan
: Dari total harta yang dimiliki,
14,15%nya diperoleh melalui utang.