Nama : Dr. Ir. Haidar Bagir, MA
Tempat, Tanggal Lahir : Solo, 20 Februari 1957
Beliau merupakan pembicara di kuliah
umum Manajemen Pendidikan dengan tema membangun kewirausahaan pendidikan, Presiden
direktur salah satu penerbitan terkemuka Indonesia, PT. Mizan Publishing; Ketua
yayasan pendidikan Lazuardi Hayati; Direktur dan pendiri sekolah Madina
Ilmu; Pengajar di London’s Islamic College for Advances di Jakarta. Gelar
sarjana di raih di ITB (1982). Ia dua kali menerima beasiswa
fullbright untuk riset pasca sarjana dan doctoral di Universitas
Harvard AS. Pendidikan pascasarjana di pusat studi timur tengah
Harvard University AS (1990-1992) dan gelar doktor diraih dari Univeritas
Indinesia (UI) jurusan filsafat (2005) dengan disertasinya tentang
Perbandingan Pemikiran Mulla Sadra dan Heidegger. Sejak tahun
1982 menjadi presiden direktur PT. Mizan Pubishing. Berperan dalam dunia buku-buku Islam
dan juga pendidikan,beliau akrab terdengar sejak era tahun 1990-an. Ia
merupakan direktur utama penerbit buku-buku Islam terkemuka di Indonesia, PT.
Mizan Publika. Ia juga membidangi beberapa sekolah unggulan dengan
fasilitas yang lengkap, diantaranya SD Lazuardi, SMU (plus) Muthahari di
Bandung dan juga di Jakarta. Selain berbagai beasiswa penelitian dan piagam
lainnya. Beliau telah menulis sejumlah besar artikel dan 6 buku,
termasuk buku saku tentang filsafat dan mistisme Islam (tasauf). Beberapa penghargaan
keilmuan internasional juga pernah diraih oleh Beliau, termasuk Science
and Religion Course Award dari The Centre for Theology and Natural Sciences
(CTNS), Berkeley, California, Amerika Serikat pada tahun 2002/2003. Pada tahun
2008 Beliau ditunjuk sebagai satu dari sepuluh Best CEO’s versi Majalah SWA,
dan menjadi Tokoh Perbukuan Islam
Indonesia 2008 pilihan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Jakarta. Beliau sedang mempersiapkan
tantangan era digital. Menurutnya, buku yang menggunakan medium kertas sebentar
lagi akan ditinggalkan. Beliau mencontohkan kaset yang tergantikan CD, begitu
pula dalam soal buku, pasar akan melirik medium digital. "Saya kira dua
tahun lagi dampaknya akan terasa. Kalau lima tahun kemudian, sudah sangat
memukul. Kita baru mencoba aplikasi dua buku. Ternyata dalam dua hari sudah
diunduh 2000 orang," jelasnya. Namun, masalah finansial muncul. Beliau mengaku
saat ini content digital belum menjanjikan keuntungan. Sebab, pengguna terbiasa
mendapatkan secara gratis. Demikian inovasi beliau yang puluhan tahun bergelut
dalam ranah penerbitan serta pendidikan. Dirinya mengaku terpanggil lantaran hasrat
untuk menjadi pencerah lewat edukasi sekaligus dakwah. Beliau juga menjadi
sosok kunci dalam film dalam negeri berkualitas. Lewat Mizan Production, kini
film-film bertema pendidikan, budaya, dan agama wira-wiri di bioskop hingga
layar tancap di pelosok desa. Berawal desakan Andrea Hirata yang
"memaksa" salah satu novel tetraloginya, Laskar Pelangi dijadikan
tontonan layar lebar. "Film dari buku fenomenal itu digarap kerja sama
dengan Miles Film. Alhamdulilah berhasil. Bahkan, penontonnya paling banyak
dalam sejarah film Indonesia, Memang film Laskar Pelangi yang rilis 25
September 2008 langsung menyihir. Hampir mencapai 5 juta penonton, menjadi
pemecah rekor film dengan penonton terbanyak. Jumlah ini melebihi film
Ayat-ayat Cinta, yang sebelumnya ditetapkan MURI sebagai film paling banyak
ditonton dengan mencapai 3 juta lebih saja. Film kedua berjudul Garuda di
Dadaku pun sukses meski tak sebesar yang perdana. Dan inipun terbalik dari yang
sebelumnya, awalnya di mulai dari buku dan menjadi film namun garuda didadaku
ini dimulai dari film dan di buat menjadi buku. Dari sinilah Haidar meretas
Mizan Production menjelma sebagai salah satu raksasa penggerak film inspiratif.
"Bahkan, 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta menang Piala Citra sebagai film cerita
terbaik. Pemainnya juga dapat penghargaan. Ini diangkat dari dua novel karangan
Ben Sohib bernama asli Ali Shahab yang berjudul Da Peci Code dan Rosid dan
Delia.
Film berjudul Ambilkan Bulan, disutradarai Ifa
Isfansyah. Bekerja sama dengan Falcon Pictures,
film ini merupakan kisah musikal anak-anak yang menampilkan lagu-lagu
legendaris karya AT Mahmud. Bagi Haidar, ini berangkat dari keprihatinan
terhadap budaya anak-anak yang mati suri. Memang bukan dari buku tapi
diharapkan bisa menghidupkan gairah lagu anak. Lagu-lagu AT Mahmud dinyanyikan
oleh tujuh band nusantara ternama. Namun, beliau sebenarnya lagi menahan diri
untuk terjun bebas. Sebab, menurut hitungan, prospek film Indonesia jelek,
padahal dalam film layar lebar, biaya produksinya begitu besar, terlebih tema
pendidikan. Dan beliau pun melirik dalam dunia Film Television Movie (FTV).
Alasannya FTV lebih murah tetapi punya pengaruh besar akibat besarnya jumlah
penonton ketimbang layar lebar. Apalagi risiko lebih kecil, meski prospek
keuntungan tak sebesar film layar lebar. Hal ini bukan berarti beliau
meninggalkan layar lebar. Timnya tetap memilih buku yang cocok, utamanya best
seller untuk menjadi film layar lebar atau FTV. Misalnya, Mizan Production
sedang syuting film yang disutradarai Hanung Bramantyo. Kisahnya menukil novel
Perahu Kertas karangan Dewi Lestari. "Ada pula persiapan film soal Ibu
Inggrit Ganarsih, istri pertama Soekarno. Dari bidang pendidikan, Haidar sukses
pula di bisnis film. Toh ia belum puas. Kini ia merambah pula ke sektor
penerbitan buku digital.
MC Dari 2013
Seni Musik MP
Seni Tari
Dibuka dengan penampilan musik dan tari, acara semakin
bertambah meriah dengan didampingi MC yang interaktif. Dengan dimoderatori oleh
Ketua Jurusan Dr. Nurhattati Fuad, M.Pd, kuliah umum berjalan secara menarik
dan kondusif. Meskipun terdapat beberapa halangan, namun Alhamdulillah acara
inti berjalan dengan lancar. Pembicara membawakan materi mengenai "Konsep
Mengelola Sekolah Berkualitas", dimana materi terbagi menjadi dua, yaitu
pembahasan mengenai perubahan paradigma dan nilai seorang pendidik, serta
pengelolaan sekolah secara garis besar.
"Pendidik adalah wakil Tuhan, pewaris para Nabi!"
begitu ungkapan beliau dengan sangat antusias, dimana beliau mencoba untuk
merubah paradigma dan nilai yang mungkin sudah melekat dalam diri kita. Ketika
mungkin kita merasa terlanjur masuk ke dalam dunia pendidikan, beliau berseru
"Pikirkan ulang keputusan kalian! Ditangan kalianlah, hitam putih generasi
bangsa penerus masa depan akan ditentukan. Belajarlah mencintai menjadi seorang
pendidik, karena pendidik adalah pekerjaan yang paling dekat ke surga.
Beliau
juga menceritakan tentang kisah tiga tukang batu. Tukang batu pertama sedang
menumpuk batu bata secara teratur. Ketika ditanya, dia menjawab "saya
sedang membangun sebuah tembok.". Tukang batu yang kedua, tidak jauh dari
lokasi tukang batu pertama, sedang melakukan hal yang sama. Ketika ditanya, ia
menjawab "Saya sedang membangun sebuah rumah.". Tak jauh dari lokasi
tersebut, ada tukang batu ketiga yang sedang melakukan hal yang sama. Ketika
ditanya, ia menjawab "Saya sedang membangun rumah baru yang sederhana,
yang nantinya akan ditinggali oleh keluarga baru yang bahagia dengan putra
putri mereka.". "Dengan upah yang sama, terik matahari yang sama,
lelah yang sama, ketiga tukang batu tersebut dijamin akan menghasilkan
pekerjaan yang berbeda." tegas pak Haidar. Tukang batu yang ketiga pasti
akan menghasilkan rumah yang lebih sempurna dibanding yang kedua atau yang pertama,
karena ia bekerja dengan hati, bukan cuma otot dan otak saja. Begitulah pak
Haidar menjelaskan, bahwa nanti sebagai calon pendidik, kita harus memiliki
passion untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baik dan berkualitas. Menurut
beliau dari semua pengalaman di bidang bisnis yang beliau geluti, di bidang
kewirausahaan pendidikan lah yang tersulit untuk di geluti namun pendidikan
yang berkualitas, di tekankan olehnya, karena baginya pendidikan adalah wakil
tuhan pewaris nabi, yang bergelut di dalam dunia pendidikan adalah orang yang
paling dekat dengan surga bila menjalani amanah dengan baik ,namun berbanding
lurus dengan resiko yang di terimanya yaitu paling beresiko masuk neraka yang
paling dasar bila amanahnya tidak di jalankan dengan baik, karena harus di
sadari pendidik adalah sesorang yang mewarnai kehidupan seseorang hitam
putihnya, mau di bentuk seperti apa peserta didiknya tergantung dari guru yang
mengajarkannya, oleh sebab itu pendidik haruslah orang-orang yangbekerja memaki
hati.
Memang
agak tinggi kalau kita sudah mengatakan working with passion. Luar biasa,
bekerja dengan setulus hati adalah perilaku langka. Anda bisa bayangkan
bagaimana seseorang yang bisa menjalankan pekerjaan dengan setulus hati
semantara di sisi lain dia menyimpan sejumlah keinginan yang terbentur pada
ketidak berdayaan sebagai pegawai. Mungkinkah seorang pegawai memiliki ruh
working with passion? Tentu saja ada kemungkinan walaupun sangat sedikit.
Mungkin karena sangat sedikitnya orang yang bertulus hati, seperti mencari
jarum dalam jerami. Belajarlah untuk mencintai pekerjaan sebagai tanda-tanda
tuhan karena dengan mencintai pekerjaan kita pun belajar mencintai arti adanya
tuhan. Menenun pakaian dengan benang di tarik dari hatimu bekerja bukan saja
menggunakan tangan,mata, bahkan otak saja,namun bekerja harus menggunakan hati
karena kerja hati akan membuat lebih nyaman bukan bekerja karena keterpaksaan.
Pendidik
itu meliputi semua orang yang terlibat dalam proses belajar mengajar meliputi
guru yang mengajar di dalam kelas, tata usaha yang mengurusi administrasi pun
turut dalam proses belajar mengajar, bahkan satpam yang menjaga sekolah bukan
hanya menjaga sekolah tugasnya namun satpam pun berperan dalam proses belajar
mengajar siswa karena proses belajar yang baik itu adalah menjadikan contoh
terhadap peserta didik seperti satpam yang harus menyapa dan member senyuman
terbaiknya kepada setiap siswa yang ia lihat sehingga siswa itu mencontohkan
sikap satpam yang ramah, ob sebagai pembersih sekolah pun turut andil dalam proses
belajar mengajar karena merekalah yang menunjang kebersihan sekolah sehingga
proses belajar mengajar menjadi nyaman, maka tugas ob pun bukan hanya sebagai
petugas kebersihan di sekolah namun ob pun harus menyapa dan memberikan
senyuman terbaik untuk siswa sehingga siswa dapat contoh yang baik dari segala
hal, pendidik harus bekerja iklas . Namun tak di pungkiri kadang-kadang kita
merasa tersiksa dengan pekerjaan kita. Tapi seharusnya kita tak perlu tersiksa
dengan pekerjaan itu. Caranya adalah akuilah dalam lubuk hati kita bahwa
pekerjaan kita adalah kewajiban kita. Kewajiban kita tentunya tidak harus
dikerjakan orang lain. kalau pekerjaan kita dikerjakan oleh orang lain, maka
itu artinya kita menjadi orang yang tidak bertanggungjawab atas kewajiban kita.
Ada
beberapa sebab orang merasa tidak nyaman dan tersiksa dengan pekerjaannya:
- Karena bekerja dengan pamrih, yakni mengharapkan sesuatu, mulai dari hal-hal yang kecil seperti pujian, bahkan sampai pada hal yang mendasarkan seperti kebutuhan hidup. Kemudian yang diharapkan itu tidak didapatkan dalam pekerjaan, maka seseorang akan merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya.
- Merasa terbebani dengan pekerjaannya. Itu biasanya karena malas
- Karena ketidak mampuan
- Karena faktor lingkungan yang tidak mendukung, baik lingkungan fisik seperti suasana kerja, lingkungan keluarga, dan faktor-faktor psikologis lainnya.
Solusi
yang mungkin bisa membantu kita adalah:
- Jika faktor pertama yang menjangkiti anda, maka jadikanlah pekerjaan anda sebagai sesuatu yang dilaksanakan dengan hati nurani, ibadah dan keikhlasan. Buang rasa pamrih anda. Ada atau tidak ada pujian, ada atau tidak ada uang yang akan anda peroleh dari pekerjaan itu, anda kerjakanlah dengan profesional dan dengan hati nurani, maka ia akan terasa ringan. Niatkanlah bahwa keikhlasan itu adalah pengabdian anda pada Tuhan.
- Jika faktor kedua, yang menyebabkan anda tersiksa dalam pekerjaannya, maka buanglah rasa malas anda jauh-jauh dan niatkan berja adalah ibadah.
- Kalau karena ketidak mampuan, anda harus belajar dan membaca buku atau aturan terkait, atau cari tahu dari situs-situs terkait dengan pekerjaan anda.
- Jika faktor keempat yang menyebabkan anda tidak nyaman, anda diminta untuk mampu memilah-milah perasaan psikologis anda untuk tidak larut dalam keadaan lingkungan yang tidak mendukung suasana kerja anda. Anda harus ingat bahwa seorang hidup tidak akan selalu dalam kenyamanan. Suasana bathin yang ada alami adalah dalam rangka pendewasaan diri. Seseorang tidak akan pernah lulus dan naik kelas tanpa melalui ujian.
Beliau
pun sebagai perumus diadakannya kurikulum 2013 yaitu kurikulum berkarakter
karena kita semua menyadari bahwa pendidikan sesungguhnya bukan sekedar
transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) melainkan sekaligus juga
transfer nilai (transfer of value). Untuk itu, penanaman nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa dalam pendidikan merupakan pilar penyangga demi tegaknya
pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, persoalan budaya dan karakter bangsa
tersebut kini menjadi sorotan tajam masyarakat di berbagai aspek kehidupan,
baik di keluarga, sekolah dan masyarakat. Media massa, para pemuka masyarakat,
para ahli, dan para pengamat pendidikan, serta sosial berbicara tentang
persoalan budaya dan karakter bangsa di berbagai forum seminar dan lokakarya,
baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia dalam praktik kehidupan dalam masyarakat. Dalam
proses pendidikan, internalisasi nilai-nilai budaya dan karakter merupakan
salah satu upaya untuk mencegah terjadinya degradasi etika dan moral di
kalangan remaja. Rasa kepedulian ini didasarkan pada kenyataan bahwa dewasa ini
ada kecenderungan semakin merebaknya sikap perilaku remaja yang menyimpang.
Keberhasilan dalam membangun karakter siswa, secara otomatis akan membantu
keberhasilan membangun karakter bangsa. Oleh karena itu kemajuan suatu bangsa
juga akan tergantung bagaimana karakter orang-orangnya, kemampuan
intelegensinya, keunggulan berpikir warganya, sinergi para pemimpinnya, dan lain
sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah
penting dalam membangun moral dan kepribadian bangsa. Pendidikan karakter
seyogyanya ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan
nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.
ini adalah catatan ketika kuliah umum berlangsung dan lanjutannya saya rekam di hp sayangnya tidak dapat saya upload untuk memperkaya materi
RIA RESTI ANGGRAENI
MP 2012 B
Setelah Mengikuti Kuliah Umum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar